KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat izin-nya kami akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan apa yang telah kami ketahui tentang materi ini.
Kami juga mengutip beberapa informasi mengenai materi ini dari beberapa sumber.
Kami harap dengan kami menyelesaikan makalah ini, kami dapat memberikan
tambahan pengetahuan melalui materi ini.
Makalah ini kami susun secara ringkas dan sistematis
sesuai dengan materi yang akan kami jelaskan dalam makalah ini. Penjelasan
dalam makalah ini di tulis sejelas mungkin agar mudah di pahami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih butuh
perbaikan dan penyempurnaan. Kami masih dalam proses belajar dan masih butuh
bantuan untuk menyempurnakannya. Kami mohon bantuan ibu, bapa, serta
rekan-rekan untuk membantu kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Garut,
16 Oktober 2015
Penyusun
Daftar
isi
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu
................................................... 3
2.2 Manusia Sebagai Makluk Sosial........................................................... 6
2.3 Interaksi Sosial dan Sosialisasi............................................................. 7
2.4 Pengembangan Manusia Sebagai
Makhluk Individu dan sosial........ 13
BAB III : PENUTUP..................................................................................... 16
3.1
Kesimpulan........................................................................................ 16
3.2
Kritik dan Saran................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan
yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki
kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran,
perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan
Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positis maupun negatif.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positis maupun negatif.
Manusia juga sebagai mahkluk
individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai dengan
tindakan-tindakan yang ia ambil dan manusia sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Rumusan Masalah
Dalam bermasyarakat, banyak kita
menjumpai perbedaan sifat antara individu satu dengan individu lainnya. Ada
yang gemar berorganisasi serta ada pula yang tidak. Oleh karena itu penulis
ingin membatasi masalah dalam hal :
Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
Tujuan
Penulisan
1. Menginformasikan
kepada pembaca arti penting kedudukan manusia di muka bumi ini sebagai pemimpin
dari makhluk lainnya.
2. Mengajak
kepada pembaca bagaimana manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
3. Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu sosial dan Budaya Dasar ( ISBD ).
4. Makalah ini merupakan salah satu
bentuk tugas terstruktur dalam mata kuliah ilmu sosial budaya dasar (ISBD).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia
sebagai makhluk individu
Individu berasal dari kata in
dan devided.
Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu
artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal
dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan. Individualitas
manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok
pribadi yang khas atau berbeda dengan lain.
Manusia sebagai makhluk individu
memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani
dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan
ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak
manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu
adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa
individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau
karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang
khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan
sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman,
dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap
individu mengalami dan di bebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi
kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat konflik dalam
diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya
individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku
sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri
sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi
“maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan
kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian
dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu
berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk
menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya
didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh
kelompok sekitarnya.
1.
Proses Destruktif
dan Konstruktif.
Dalam
proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai
lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu
harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk
berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yang sama atau
berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam
hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut
menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif
mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu
menyesuaikan diri secara padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan
membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu yang destruktif kita jumpai
kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari
kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau
mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya,
dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata-
mata rasional kearah masa depan.
2.
Kompromistis dan Anti-Establishment.
Sikap
kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti-
establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu
berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha
individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search
for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran
mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup
sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
Ø
Karena manusia tunduk pada aturan
yang berlaku.
Ø
Perilaku manusia mengaharapkan suatu
penilain dari orang lain.
Ø
Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Ø
Potensi manusia akan berkembang bila
ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai
makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya
dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
Ø
Tekanan emosional. Ini sangat
mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
Ø
Harga diri yang rendah. Ketika
kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi
tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau
dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
Ø
Isolasi sosial. Orang yang
terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran
agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
C. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
a. Interaksi Sosial
Kata
interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan
yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam
itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Imitasi
adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2) Sugesti
adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi
sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3) Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain,
baik secara lahiriah maupun batiniah.
4) Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
b.
Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama
(cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu
keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat
pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam
arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi
persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada
akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih
luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu
akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
Ø Proses
Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
Ø Proses
Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun
interaksi yang pokok proses-proses adalah:
Ø Bentuk
Interaksi Asosiatif
Kerja sama (cooperation).
Kerja sama
timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu:
·
Bargaining, pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
·
Cooperation, proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya goncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
·
Coalition, kombinasi antara dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Akomodasi
(accomodation). Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :
·
Coertion, yaitu suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
·
Compromise, suatu bentuk akomodasi,
di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
·
Arbiration, suatu cara untuk
mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya
sendiri.
·
Meditation, hampir menyerupai
arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
·
Conciliation, suatu usaha untuk
mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan
bersama.
·
Stelemate, merupakan suatu akomodasi
di mana pihak-pihak yang berkepentinganmempunyai yang seimbang, berhenti pada
titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
·
Adjudication¸ yaitu perselisihan
atau perkara di pengadilan.
Ø Bentuk
Interaksi Disosiatif.
Persaingan
(competition).
Persaingan adalah bentuk interaksi
yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan
keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang
berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya
ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi
gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
Pertentangan
(conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu
atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan
menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki
bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan
kelas sosial, dan pertentangan politik.
c.
Sosialisasi.
Peter
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger,
1978:116).
Salah satu
teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam
teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead
menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan
anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game
sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap pertama, play
stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang
berada di sekitarnya.
Pada tahap
game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus tetapi
telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan
siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah
mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu
mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn
orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta
peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
d.
Bentuk
dan Pola Sosialisasi.
Ø Bentuk-bentuk
Sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai
bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak,
pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
Ø Pola-pola
Sosialisasi.
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu
pola represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan
pola partisipatori yang merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan
manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
Masyarakat dan Komunitas. Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
Masyarakat dan Komunitas. Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
·
Masyarakat Setempat (community).
Masyarakat setempat menunjukan pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas
tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih
besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk
diluar batas wilayahnya.
·
Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota.
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki
perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa,
yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi
yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain
kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya
sangat mereka perhatikan.
·
Masyarakat Multikultural.
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara
bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa
dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama,
Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global Problematika yang muncul dari
keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya
sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang secara gradual bisa
menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis
ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan
intervensi asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa
konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi
dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus
bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung
tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa,
alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka
ragam.
D. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk
Individu dan Sosial
1.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk
Individu.
Sebagai makhluk individu yang
menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus
memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala
kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat
kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran
akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia
memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka.
Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat
digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia
dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya,
cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara
perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan
belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia
semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk
mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
2.
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk
Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak
hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan
sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup
sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup
dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan
bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti
saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi,
manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan
mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia.
Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena
pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh
hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa
pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai
makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi
kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial.
Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat
dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat
mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu, manusia ingin hidup
senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu,
seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati
kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain.
Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan
menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk
bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk
individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia
hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila
ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat
dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa
bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat
berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai
meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya.
Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga
untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang,
harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting
artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat
manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun
yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat
disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam
kesendiriannya.
Kritik dan Saran
Kami selaku penyusun materi
makalah, meminta kritik dan saran dari para pembaca. Kami harap dengan adanya
kritik dan saran mengenai makalah yang kami buat, dapat membantu kami untuk
tugas selanjutnya agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar