Senin, 03 Oktober 2016

Makalah Preformulasi Sediaan Tablet (Natrium Diclofenak)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Natrium Diklofenak merupakan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) atau  Non Steroidal Anti Inflamatory Drug  (NSAID) yang biasa digunakan sebagai obat  untuk penyakit  rheumatoid  artritis  atau yang biasa disebut  rematik  (rheumatic). (Brooks  et al,1980).  Penyakit rematik ini  biasa diderita oleh geriatri. Obat ini  ini berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri pada pasien geriatri , sehingga obat ini diharapkan mempunyai efek yang cepat untuk itu dibutuhkan absorpsi yang cepat.
Banyak pasien, terutama pasien berusia lanjut  (geriatri), yang sulit untuk
menelan tablet, kapsul, maupun sirup sehingga pemakaian tidak sesuai dengan resep, yang kemudian menghasilkan banyaknya penelitian yang berorientasi kepada insiden ketidak patuhan penggunaan obat sehingga mengeluarkan berbagai macam system penghantaran obat yang lebih aman dan baru.

1.2 Tujuan
            Siswa mampu membuat sediaan tablet dengan baik dan benar. Siswa dapat menata sendiri formulasi untuk membuat sediaan tablet. Siswa dapat memahami hal-hal penting dalam pembuatan sediaan tablet seperti pemilihan zat yang akan di gunakan untuk pengisi, pengikat, penghancur, pelican dan lain-lainnya. Memperkirakan kemungkinan kerusakan pada tablet dan mengurangi kemungkinan itu terjadi. Siswa diharapkan dapat membuat sediaan tablet dengan ketentuan dekat atau hamper mendekati sempurna.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tablet
            Nama tablet (tabuletta, tabletta) berasal dari kata tabulletta lempeng pipih, papan tipis. Beberapa farmakope mencantumkan tablet dengan nama kompresi/cetak langsung sebagai petunjuk cara pembuatan. Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (Anonim, 1979). Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Sediaan lepas lambat dapat mengurangi fluktuasi level obat yang tidak diinginkan, meningkatkan kerja terapeutis dan mengurangi efek samping yang berbahaya. Pada percobaan ini, dibuat tablet lepas lambat dengan Natrium Diklofenak sebagai zat aktif, Pemerian serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk Kristal, higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air, mudah larut dalam methanol, larut dalam alkohol, agak sukar larut dalam aseton. Berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik.
2.2 Sifat Fisika Kimia
            Natrium Diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang menyerupai flurbiprofen dan meclofenamat. Potensinya lebih besar atau dari indometasin atau dari naproksen. Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-efek analgetik dan antipiretik pada symptom artritis reumatoid.
Natrium Diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah pemberian oral, efek analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Natrium Diklofenak terakumulasi dalam cairan synovial setelah pemberian oral yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (katzung, 1997).
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala. Efek samping yang terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi distres saluran cerna, pendarahan saluran cerna dan timbulnya tukak lambung (Tjay. 2002).
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99 % pada protein plasma. Natrium Diklofenak diakumulasi dicairan sinovial yang menjelaskan efek terapi disendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Pemakaian obat ini harus berhati – hati pada penderita tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Ganiswarna, 1995).
Natrium Diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Natrium Diklofenak dalam bentuk lepas lambat terkendali adalah salah satu teknologi yang dikembangkan untuk memperbaiki toleransi Natrium Diklofenak. Beberapa studi klinis Natrium Diklofenak yang diberikan sebagai monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala osteoarthritis maupun rheumatoid arthritis (Anonim a , 2006).

2.3 FORMULA DAN DOSIS
R/        Na. Diklofenak                                   40%
Laktosa                                               36%                                            
Amylum Manihot Kering                    10%                                       
Mucilago amyli                                   10%                          
Talk : Mg. Stearat ( 9 : 1 )                   4%      
100 mg
Dosis: Dewasa: 2x sehari 1 tablet


2.4 ALAT DAN BAHAN
ALAT             :
1.      Mesin cetak tablet
2.      Ayakan
3.      Timbangan
4.      Neraca analitik
5.      Hopper
6.      Stokes-Monsanto Hardness Tester
7.      Friabilator
8.      Disintegration tester
9.      Alat uji disolusi mode USP XXIII
10.  Kuvet
BAHAN         :
1.      Natrium Diklofenak
2.      Laktosa
3.      Amylum Manihot Kering
4.      Mucilago Amyli
5.      Talk : mg stearas (9:1)
2.5 Tabel Persentasi Bahan
Nama Zat
Fungsi
mg
%
Na Diklofenak
Zat Aktif
40mg
40%
Laktosa
Pengisi
36
36%
Amylum Manihot Kering
Penghancur
10
10%
Mucilago amyli : air (4:6)
Pengikat
(4mg + 6ml)
10%
Talk : mg stearas (9:1)
Pelicin
(3,6mg + 0,4mg)
4%


100mg
100%

2.6 Metode Pembuatan
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah karena Na Diklofenak memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara granulasi kering.
2.7 Cara kerja
Pembuatan Tablet
1.      Dibuat mucilago amyli 10% sebanyak 100mL sampai terbentuk gel
2.      Ditimbang semua bahan obat dan bahan tambahan seperti tercantum di formula
3.      Dicampur zat aktif, laktosa dan amylum manihot kering sampai homogen
4.      Ditambah mucilago amyli sedikit demi sedikit sampai terbentuk masa granul yang baik, lalu diayak dengan pengayak no. 12
5.      Granul basah kemudian dikeringkan dalam FBD ( Fluid Bed Dryer) selama 15 menit
6.      Setelah kering diayak lagi dan ditambah bahan pelicin (Mg Sterarat dan Talk), dicampur sampai homogen
7.      Dimasukkan campuran tersebut dalam Hopper (corong alimentasi) dan dibuat tablet. Berat satu tablet ±500mg.
2.8 Penjelasan
Metode granulasi basah  dilakukan terlebih dahulu dengan penambahan zat pengisi laktosa sebanyak 36% dan penambahan bahan pengikat  mucilago amili 10%. Penambahan bahan pengikat mucilago amili sampai menjadi massa granul yang baik, kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi laktosa ini dimaksudkan untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak, dan penambahan mucilago amili 10% berguna untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak kemudian dikeringkan dengan alat FBD (Fluid Bed Dryer) selama 15 menit untuk mencegah terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul. Setelah kering granul diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang sama rata dan ditambahkan bahan pelicin Talk : Mg stearat (9:1) 4% yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak.
Untuk mengetahui kontrol kualitas dari hasil percobaan pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan pengujian sifat tablet yang meliputi uji sifat fisik tablet dan uji disolusi tablet, berikut hasil yang kami dapatkan adalah :
Yang pertama adalah uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot dengan hasil CV sebesar % di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki sebesar mg. Uji ini dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rata-ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji termasuk baik karena nilai CV tidak lebih dari 5%, sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. pada percobaan kami didapatkan berat rata-rata dari 20 tablet adalah 527,49 mg dan memperoleh CV 1,8573% yang berarti memenuhi persyaratan standar nilai CV. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa dalam menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.
Selanjutnya adalah uji terhadap kekerasan tablet untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap tablet. uji ini ditujukan untuk mengukur kekuatan tablet dalam menghadapi benturan pada saat distribusi ataupun penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan yang optimum sehingga tidak mudah hancur dan lebih tahan dengan segala kondisi. Hasil yang didapat adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan menggunakan  Stokes Monsanto Hardness Tester. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet ditekan hingga pecah dan dilakukan sebanyak 5 kali. Untuk tablet ini dimungkinkan memiliki kekerasan tablet senilai 10-20 kg dan hasil dari uji ini diperoleh harga rerata sebelum sebesar 10,7667 kg dan sesudah 10,7275 kg. Sehingga kekerasan dari tablet ini memenuhi pesyaratan dan sesuai dengan teori.
Uji ketiga yaitu uji kerapuhan tablet dengan menggunakan alat friabilator yakni 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator, ditimbang seksama dan kemudian dimasukan ke dalam friabilator. Pengujian ini dilakukan selama 4 menit atau 100 putaran. Setelah dilakukan pengujian didapatkan nilai kerapuhan dari tablet uji sebesar % di mana tablet dianggap baik bila kerapuhannya tidak lebih dari 1%. Uji ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian akan interaksi bahan pengikat dengan komponen partikel-partikel lainnya di mana semakin banyaknya interaksi yang terjadi maka kemungkinan tablet rapuh akan semakin kecil.
Uji keempat adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat dianalogikan sebagai kecapatan obat hancur di dalam tubuh. Kecepatan waktu hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat, semakin cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorsi dan kemungkinan akan semakin cepat pula menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini digunakan alat disintegrator tester dengan cara 5 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan pengaturan suhu sebesar 37oC. Pesyaratan waktu hancur tablet lepas lambat adalah lebih dari 1 jam, dan hasil tablet uji kami diperoleh waktu hancurnya lebih dari 1 jam sehingga memenuhi persyaratan.
Uji yang terakhir adalah uji disolusi menggunakan alat model USP XXIII dengan pengaduk dayung. Uji ini dilakukan untuk mengukur banyaknya obat dan kadar zat aktif yang dapat bereaksi  pada waktu tertentu. Untuk tujuan terapeutik tablet model ini diusahakn agar kadar obat tinggi hanya dalam waktu yang singkat. Pengujian dilakukan dengan jalan tablet uji dimasukkan ke dalam alat disolusi kemudian dilakukan pengambilan sampel dan dihitung absorbansinya.
Selain uji yang disebutkan di atas, kami juga melakukan pengamatan fisik dari tablet uji. Dimana masalah sering muncul dalam pembuatan tablet adalah terbentuknya capping yakni berupa keadaan bawah atau atas tablet yang terbelah, kemudian binding (perlekatan pada matriks), sticking (perlekatan pada stempel) dan motling yaitu adanya warna yang tak merata pada permukaan tablet. Dan hasil yang diperoleh pada pengamatan ini adalah problema yang disebutkan di atas tidak terdapat pada tablet uji.

2.9 Kemasan



BAB III
KESIMPULAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah karena Na Diklofenak memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara granulasi kering.
           
           
















DAFTAR PUSTAKA